Jumat, 25 Mei 2012 0 komentar

THE DRUGS

Masih banyak warga masyarakat yang belum menyadari bahwa masalah narkoba adalah urusan mereka selama anak atau keluarga mereka belum jadi korban. Mereka baru kaget dan sedih begitu menghadapi kenyataan bahwa putra atau putrinya menjadi korban, dan mungkin tak dapat lagi disembuhkan, atau masa depannya menjadi gelap.
     Karena itu, sudah saatnya kesadaran terhadap ancaman itu ditumbuhkan, dan bersatu melawan peredaran dan pemakaian barang haram tersebut. Apalagi, cara menjerat mangsa sudah semakin intensif dan canggih. Bisa dengan cara klasik, seperti membujuk korban untuk mencoba secara gratis, menawarkannya sebagai gaya hidup modren kepada para remaja, mempromosikan sebagai terapi pelangsing tubuh, hingga obat menghilangkan  rasa capek. Yang terakhir, dengan cara yang sangat keji, yaitu anak-anak SD dibujuk dengan obat psikotropika yang berwujud permen dan dipikat agar mau mencobanya.
     Kata narkotika berasal dari kata "narke" (Yunani) yang berarti "beku, lumpuh, atau dungu". Narkotika adalah suatu bahan yang, bila dimasukkan ke dalam tubuh, akan bekerja pada susunan saraf pusat yang berpengaruh terhadap jiwa dan sikap.
     Banyak sekali ciri-ciri bagaimana bahayanya narkotika, sampai akibat ketagihan yang ditimbulkannya, seperti eskalasi peningkatan si pemakai. Demikian pula dengan toleransi untuk mendapatkan hasil atau efek yang sama dari suatu zat tiap kali membutuhkan peningkatan dosis yang mematikan. Seseorang yang ketergantungan akan kehilangan kesadarannya dan timbul sifat-sifat agresif/nekat. Kehidupan mereka pun cenderung menjauhi mesyarakat atau mengasingkan diri.
       Efek dari Narkotika Bersifat ; (1) . Membius atau menurunkan kesadaran. (2) . Meningkatkan aktivitas, (namun, hanya sesaat). (3) . Halusinasi ( menghayal ). (4) . Meninbulkan gejala-gejala fisik dan mental lain yang, jika dipakai secara terus menerus dapat menyebabkan ketergantungan yang sangat sulit dilepaskan.  Ingin terus melanjutkan pemakaian narkotika. Akibatnya, pengidap berusaha dengan segala daya dan cara untuk mendapatkan obat tersebut bagi dirinya disetiap hari. Apabila perlu mereka pun beraksi dengan cara apa pun, merampas, merampok, mencuri, menipu, dan lain-lain. Senantiasa menambah takaran. Bertambahnya takaran hanya untuk mendapatkan efek yang sama yang disebut toleransi. Jika uangnya habis maka kejahatan pun ditingkatkan.   Memiliki sifat pemalas, pembohong, acuh tak acuh, tertutup, berani dan nekat.
     Akibat Penyalahgunaan Narkotika ; (1) . Merasa putus asa, rasa rusak mental, rasa kering pada mulut dan kerongkongan, rasa kurang hormat, dan rasa gembira yang tidak wajar. (2) . Otot-otot terasa sakit, saraf  terganggu, dan ingatan kacau-balau, kehilangan daya pikiran, kebingungan, rasa sedih dan ketakutan, tertawa tidak wajar, dan tak lagi mengenal norma-norma. (3) . Rasa nyeri diseluruh badan, nekat, dan suka berbohong. (4) . Kurang cepat dalam bereaksi, kurang perhatian pada sekeliling. Acuh-tak acuh. amoral, asosial, abnormal. (5) . Takaran obat meningkat terus, tekanan darah menjadi naik, jalan pernapasan tak teratur, kerja jantung melambat, banyak keluar keringat. (6) . Keracunan kronis, ketergantungan fisik, kejang-kejang, disekeliling mata timbul warna hitam, ajal diambang pintu, akhirnya amblas (meningal dunia).


Executive Summary
1.1.1 How is the drug problem evolving?
What is the level of drug use in the world, and how is it changing?
Some 200 million people, or 5% of the world’s population age 15-64, have used drugs at least once in the last 12
months. This is 15 million people higher than last year’s estimate but remains significantly lower than the number
of persons using licit psychoactive substances (about 30% of the general adult population use tobacco and about
half use alcohol). The number of cannabis users worldwide is now close to 160 million people or 4% of the population
age 15-64. Estimates of the number of ATS users - 26 million people using amphetamines and 8 million
using ecstasy - are slightly lower than those of last year’s World Drug Report (WDR), reflecting declines of methamphetamine
use in South-East Asia (notably Thailand) and of ecstasy use in North America (notably in the USA).
The number of opiate users is estimated to have risen slightly to around 16 million people (11 million of which
abuse heroin), mainly reflecting increasing levels of opiate abuse in Asia. No significant changes were observed in
most other parts of the world. The number of cocaine users – close to 14 million people – rose slightly.
Unsurprisingly, the main problem drugs at the global level continue to be the opiates (notably heroin) followed by
cocaine. For most of Europe and Asia, opiates continued to be the main problem drug, accounting for 62% of all
treatment demand in 2003. In South-America, drug related treatment demand continued to be mainly linked to
the abuse of cocaine (59% of all treatment demand). In Africa, the bulk of all treatment demand – as in the past –
is linked to cannabis (64%).


0 komentar

PUBLIC RELATIONS


This article may need to be reworded to conform to a neutral point of view.
Public relations (PR) is the practice of conveying messages to the public through the media on behalf of a client, with the intention of changing the public's actions by influencing their opinions. PR practitioners usually target only certain segments of the public ("audiences"), since similar opinions tend to be shared by a group of people rather than an entire society. However, by targeting different audiences with different messages to achieve an overall goal, PR practitioners can achieve widespread opinion and behavior change.

History
The precursors to public relations can be found in the publicists who specialized in promoting circuses, theatrical performances, and other public spectacles. Many PR practitioners have also been recruited from the ranks of journalism and have used their understanding of the news media to ensure that their clients receive favorable media coverage.
The First World War also helped stimulate the development of public relations as a profession. Many of the first PR professionals, including Ivy Lee, Edward Bernays, and Carl Byoir, got their start with the Committee for Public Information (also known as the Creel Committee), which organized publicity on behalf of U.S. objectives during World War I. Some historians regard Ivy Lee as the first real practitioner of public relations, but Edward Bernays is generally regarded today as the profession's founder.
Ivy Lee, who has been credited with developing the modern news release (also called a "press release"), espoused a philosophy consistent with what has sometimes been called the "two-way street" approach to public relations, in which PR consists of helping clients listen as well as communicate messages to their publics. In the words of the PRSA, "Public relations helps an organization and its publics adapt mutually to each other." In practice, however, Lee often engaged in one-way propagandizing on behalf of clients despised by the public, including robber baron John D. Rockefeller. His career ended in scandal, when the U.S. Congress held hearings to investigate his work on behalf of Nazi Germany in the years immediately preceding World War II.
Bernays was the profession's first theorist. A nephew of Sigmund Freud, Bernays drew many of his ideas from Freud's theories about the irrational, unconscious motives that shape human behavior. Bernays authored several books, including Crystallizing Public Opinion (1923), Propaganda (1928), and The Engineering of Consent (1947). Bernays saw public relations as an "applied social science" that uses insights from psychology, sociology, and other disciplines to scientifically manage and manipulate the thinking and behavior of an irrational and "herdlike" public. "The conscious and intelligent manipulation of the organized habits and opinions of the masses is an important element in democratic society," he wrote in Propaganda. "Those who manipulate this unseen mechanism of society constitute an invisible government which is the true ruling power of our country."
One of Bernays' early clients was the tobacco industry. In 1929, he orchestrated a legendary publicity stunt aimed at persuading women to take up cigarette smoking, which was then considered unfeminine and inappropriate for women with any social standing. To counter this image, Bernays arranged for New York City debutantes to march in that year's Easter Day Parade, defiantly smoking cigarettes as a statement of rebellion against the norms of a male-dominated society. Photographs of what Bernays dubbed the "Torches of Liberty Brigade" were sent to newspapers, convincing many women to equate smoking with women's rights. Some women went so far as to demand membership in all-male smoking clubs, a highly controversial act at the time.
Jumat, 18 Mei 2012 0 komentar

99 Tanda Orang yg Berbakat Kaya

Satu hal yg perlu diketahui, seseorang untuk menjadi kaya tak perlu harus jenius. Namun memang diperlukan karakter dan kualitas tertentu untuk menjadi kaya. (from: William Tanuwidjadja : 99 tanda orang berbakat kaya)

Nah ape aje si tanda2 nya ntu, sebelumnya apakah anda termasuk didalamnya? hoho..
Langsung sajah tanpa basa-basi inilah dia tanda-tandanya :

1. Berpikir seperti layaknya orang kaya : Orang yang berbakat kaya selalu belajar berpikir dan bertindak layaknya orang kaya;

2. Tidak berpikir konsumtif :Orang yang berbakat kaya akan selalu berpikir tentang apa yang mereka akan lakukan dengan uang agar dapat berlipat ganda;

3. Pintar mengelola arus kas : Selalu menghitung banyak rupiah yang tersisa setelah dikurangi kebutuhan hidup yang sifatnya mendasar;

4. Mampu membedakan aset dan liabilitas : Mereka selalu memikirkan apakah aset2 itu menghasilkan arus kas masuk atau justru keluar;

5.Selalu membangun intengible aset (aset non fisik ):yaitu selalu menjaga hubungan dengan relasi, teman, , jaringan, kepercayaan, cara berpikir, visi, pemikiran, keyakinan, dan otokritik;

6. Bekerja untuk belajar, bukan demi uang : Mereka bekerja untuk orng lain sebenarnya untuk mempelajari sesuatu, biasanya mereka memepelajari sistem bisnis, bagaimana aliran uang, cara membangun jaringan relasi, dll;

7. Sangat percaya diri : Mereka percaya akan kemampuan yg dimilikinya untuk mendapatkan kekayaan;

8. Mengenali dirinya dengan baik : Mereka paham potensi, potensi, kelemahan, serta karakter-karakter spesifik yang dia miliki;

9. Memandang uang sebagai organisme : Merka menanam uang dilahan yg tepat, memeliharanya, membersihkan hamanya, dan disaat yang tepat memetik hasilnya;

10. Tak pernah mengeluh, merasa miskin dan kekurangan;

11. Siap mental untuk menjadi kaya;

12. sangat mampu mengendalikan diri : Orang2 yang super kaya selalu menampakan mimik yang standar, senym yang bijak,dan tampaknya, well semuanya terkendali, walaupaun pasar pada saat itu sedang pora-poranda. Orang kaya sangat mampu mengendalikan diri agar sikapnya tidak dapat dibaca oelh publik;

13. Memahami logika " Take n Give " :Orang kaya sangat paham dengan pameo " There's no free lunch "tak ada sesuatu yang gratis;

14. Berorientasi pada proses : si kaya memikirkan nilai guna yang seperti apa untuk mendapatkan uang banyak;

15. Mencintai perannya : orng kaya biasanya mencintai perannya dalam kehidupan bisnis dan sosial;

16. Mempercayai prinsip reltivitas uang : Orang2 kaya telah melatih dirinya untuk tidak terkejut melihat price list atu penawaran2 apapun. semuanya kembali pada apa yang bisa didapatkan dari pengeluaran tersebut;

17. Memahami konsep : Time value of money" : nilai lebih untuk masa depan;

18. Tak ingin bersusah payah : Jangan salah orang yang tak ingin bersusah payah bukan berarti ia malas. Kalau dia berpikir dan terus berpikir untuk menemukan sistem dan cara bekerja yang efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil yg lebih baik, maka mereka memiliki bakat untuk menjadi kaya;

19. kreatif : merupakan bagian terpenting dari bakat menjadi kaya. Orang kaya selalu kreatif dalam menemukan cara2 baru dalam berbisnis;

20. Menghargai gagasan yang berorientasi pada tindakan : Orang kaya bisa memilih ide yang menarik yg hanya sebatas ide dan yang bisa menghasilkan uang;

21. Open mind : Orang2 berbaka kaya sangat yakin tak ada sesuatu yang tak mungkin terjadi. mereka terus bermimpi dan yakin mimpinya suatu saat dapat terwujud;

22. Mampu menilai karakter orang lain : Orang2 kaya selalu memilih staf atau karyawan yg sesuai dengan karakter dirinya;

23. Waspada terhadap pujian : pujian bisa membuat terlena dan lupa diri, orang kaya lebih terbuka menerima kritik;

24. Terbuka menerima kritik : orang kaya telah berlatih untuk menerima kritik stajam apapun;

25. Mampu memahami berbagai bentuk uang : bagi orng kaya pengertian uang sangatlah luas;

26. Mampu menggunakan Sumber daya orng lain : orang kaya menggunakan waktu dan tenaga orng lain bahkan uang orng lain untuk memperkaya dirinya;

27. Tak pernah merasa puas : ketidak puasan bukan dilihat dari banyaknya uang yang telah dimiliki, tetapi cara kerja dan cara 2 bisnis yg telah di sempurnakan;

28. mampu mendeteksi kemana uang mengalir : mereka memahami kemana uang mengalir;

29. Memahami nilai guna yang tersembunyi : orang kaya memiliki sense yang tajam terhadap berbagai macam peluang bisnis;

30. Memikirkan hal terburuk, tetapi tidak takut karenanya : Orang kaya salalu mendahului pemikirannya dari hal yag terburuk;

31. Memiliki alasan kuat untuk setiap pengeluarannya;

32. Menciptakan uang, bukan mencari uang : orang berbakat kaya selalu berpikir saluran pipa kekayaan;

33. Tahu persis bagaimana uangnya bekerja;

34. Fokus dan spesifik : mereka tidak mau kehilangan fokus pada wilayah dimana mereka memiliki kompetensi inti;

35. Percaya bahwa uang tidak tumbuh dipohon : mereka berpikir uang dan kekayaan hanyalah konsekuensi dari gagasan dan tindakan anda;

36. Tidak percaya " abnormal Return " : Tidak satupun instrumen investasi yg bebas resiko;

37. Mampu membedakan lemak dan memangkas otot : Mereka hanya membuak lemaknya, yaitu sesuatu yang membuat bisnis menjadi tidak fleksibel, terlalu birokratis dan tidak responsif terhadap perubahan;

38. Cerdas secara finansial dan numerik;

39. Lebih suka berbelanja secar tunai;

40. tidak pernah mau mengunakan kartu kredit apalagi minta kenaikan plafon kartu kredit;

41. Tidak bisa dirayu iklan konsumtif;

42. Menggunakan setiap aktivitas konsumsi sebagai sarana pembelajaran;

43. selalu berpegang pada azas uilitas dalam berkonsumsi;

44. Mencari daya ungkit : orang2 berbakat kaya selalu mencari daya ungkit untuk menaikan nilai aset;

45. Peka terhadap detail : Orang2 berbakat kaya biasanya gampang memahami gambaran umum suatu persoalan;

46. Menghargai waktu;

47. Mampu menghitung "opprtunity cost ( biaya semu ) " : muncul sebagai konekuensii logis ketika kita mengambil suatu pilihan dan mengorbankan pilihan lain, tetapi orang berbakat kaya mampu menghitung opprtunity cost sehingga mereka bisa menentukan secara tepat pilihannya yg disisuaikan dengan tujuan awal.

48. Berani gagal;

49. Skeptis menghadapi smua proposal;

50. Disiplin terhadap anggaran;

51. Mampu membedakan Needs dan wants;

52. Membiarkan pihak lawan menawar terlebih dahulu;

53. Bisa melihat potensi terpendam dari segsala sesuatu;

54. Menginvestasikan uang dan waktu secara aktif;

55. Tak suka menabung : Orang kaya tidak menabung dengan tujuan mengumpulkan " sedikit2 demi sedikit lama2 menjadi bukit". kalupun punya tabungan, mootifnya adalah penyimpanan saja, bukan untuk mendapatkan hasil. Mereka pasti menanamkan uangnya kedalam instrumen2 yang bisa memberi return secara cepat. Investasi tidak dikenai pajak, kecuali apabila investor menginginkan profit taking. Namun, bunga tabungan selalu dipangkas pajak, tidak peduli apakah pemilik tabungan akan memakai uangnya atau tidak;

56. Memiliki kepekaan terhadap bunga majemuk;

57. mampu menghitung nilai nominal dari segala sesuatu;

58. Tidak pernah mencintai aaset secara tidak rasional : orang2 kaya tidak pernah mencintai asetnya secara berlebihan, sehingga menggappnya tidak bisa dinilai dengan uang;

59. Tidak pernah mengeluhkan modal yang kecil;

60. Stabil secara emosional;

61. Bisa memahami kebutuhan dan keinginan orang lain;

62. Proporsional dalam mengambil resiko : orng kaya sellau mengukur resiko dan keuntungan, kkarena keduanya berbanding lurus;

63. Punya nyali dan berani kehilangan uang;

64. Bersikap obyektif dan rasional;

65. Memegang asas profesionalisme : Orang2 kaya tidak mencampur aduk hubungan profesional dan pertemanan;

66. Memiliki kemampuan kordinasi;

67. Tidak takut utang;

68.mampu menjadi penilai aset yang handal;

69. memahami ritme dan timing :

70. Selalu tertarik pada cara kerja suatu alat atau sistem;

71. menghindari bekerja dengan penghasilan tetap;

72. menghindari utang budi;

73. Jago menkomunikasikan gagasan bisnis;

74. Bekerja bukan berdasarkan hasil jangka pendek;

75. Mewaspadai kebiasaan buruk;

76. meyukai perubahan;

77. mempunyai sense terhadap keseimbangan uang dan barang;

78. mampu menemukan substansi :merka selalu merujuk pada poin pentingnya pada saat membeli sesuatu, sperti pada saan membeli bor misalnya, mereka membeli bor berorientasi pada tujuannya yakni untuk membuat lubang;

79. berpikir dari berbagai sudut pandang;

80. respek terhadap orang2 sukses;

81. Lihai dalam permainan ego;

82. Berwatak simple dan praktis;

83. menganggap krisis sebagai peluang;

84. Mampu memahami kebutuhan orang lain merupakan salah satu kunci sukses bisnis;

85. Bisa berpikir seperti orang awam;

86. mempercayai kekuatan pikiran;

87. Memahami kegagalan dari sudut pandang lain dan merubahnya menjadi sesuatu pembelajaran yang dpt merubah mnjadi kemajuan usahanya;

88.. Tidak menganalkan belas kasihan;

89. mampu menghitung cepat;

90. Memiliki skala prioritas dalam pengeluaran;

91. Mampu mengenali pola : selalu berusaha memahami pola yang berlaku dan cara kerja segala sesuatu;

92. Peka terhadap kualitas;

93. berorientasi pada " value for money " : setiap sen uang yang keluar harus memiliki alasan yang kuat;

94. Mengerti kekuatan informasi;

95. bukan persentasenya, tapi nominalnya;

96. selalu mengikui perkembangan terbaru;

97. mencatat segala transaksi keuangan;

98. Mampu mengukur peluang dan probabilitas;

99. Membiarkan setiap transaksi berdiri sendiri.

Itulah 99 tanda2nya..so, apakah di dalam diri anda ada tuh tercantum dari ke 99 tanda2 itu ???...jhahaiii...

Intinya sii ga useh pusing-pusing memikirkan tanda2 tersebut...jalanin saja kehidupan dgn tetap bersandar dan berpegang teguh kepada ajaran agama dan kepercayaan anda masing-masing...toh hidup ini hanya sekilas saja. Memang kita sebagai manusia lemah, dan sifat manusiawi itu penuh dgn keluh kesah dan pengen ini itu, maka dari itu agama hadir sebagai pembatas ketika kenikmatan tercurah dan ketika penderitaan menepi...
Raih kebahagiaan hidup dgn KESEIMBANGAN, keseimbangan antara KEMAMPUAN dan KEINGINAN. Dan sempurnakan dgn ilmu dan tuntunan agama....
Saya pun memosting artikel ini hanya sebagai hiburan saja, yaa bisa di katakan iseng aje dah dan menambah tulisan utk tugas softskills saya...tp klo memang ada manfaatnya utk anda yg membaca ya ambil dan jalankan....
-RESPECT-
0 komentar

JADILAH SEPERTI PENSIL

Kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu agar selalu hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan. Itulah salah satu prinsip untuk menjalani hidup ini . Di bawah adalah sebuah kisah yang mengandung pesan yg bermanfaat utk kita dlm menjalani kehidupan ini, cerita ini saya dapat dari seorang habaib di group Facebook saya,beginilah ceritanyo :
Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita yaa … ?”
Sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya :
... “Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini, yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu akan seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.
Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab :
“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, jika kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”.

Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil …

Pertama:
“Pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendak-Nya”.

Kedua:
“Dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.

Ketiga:
“Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.

Keempat:
“Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.

Kelima:
“Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan …
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu agar selalu hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”
0 komentar

KOTAK SEPATU

Henry dan Marta sudah menikah lebih dari 40 tahun. Tentu, sepasang manusia itu kini telah tua renta. Umur Henry 72 tahun dan umur Marta 68 tahun.
Ketika hidup berumah tangga, keduanya tidak pernah menyimpan rahasia. Kecuali, sebuah kotak sepatu yang di simpan Marta di lemari pakaiannya. Marta berpesan kepada suaminya untuk tidak sekali-kali membukanya atau bahkan menanyakan tentang barang itu kepadanya.
Suatu ketika, Marta sakit keras. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Henry dan anak-anak mereka untuk menyembuhkan Marta. Tetapi, tak satu pun yang berhasil. Dokter sudah angkat tangan dengan penyakit Marta. Mengingat tuanya usia Marta, tidak mungkin bagi dokter untuk melakukan tindakan-tindakan medis seperti yang biasa dilakukan pada penderita biasa.
... Saat berbaring di tempat tidur, Marta berkata pada suaminya : “Tolong ambilkan kotak sepatu di lemari pakaianku”.
Henry segera beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kotak sepatu itu, lalu memberikannya pada istrinya.
Rupanya Marta sadar, bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membuka rahasia di dalam kotak sepatu itu.
Marta berkata lagi pada suaminya : “Bukalah …!”
Perlahan-lahan Henry membuka penutup kotak itu. Henry mendapati ada dua boneka rajut dan setumpuk uang senilai hampir sepuluh juta rupiah. Henry lalu menanyakan ada apa dengan dua boneka rajut dan uang itu pada istrinya.
Marta bercerita : “Ketika kita menikah, ada sebuah rahasia perkawinan yang dituturkan Nenekku … Nenekku berpesan bahwa jangan sekali-kali membentak atau berteriak pada suamimu. Nenek bilang jika suatu saat saya marah padamu, saya harus tetap diam dan merajut sebuah boneka”.
Henry hanya bisa terdiam saat mendengar cerita istrinya. Dan, air mata pun mulai bercucuran di pipinya.
“Sayang, lalu bagaimana dengan uang sepuluh juta ini …? Darimana engkau mendapatkan sebanyak ini …?”, Tanya Henry pada Marta.
Marta menyahut : “Oh, itu adalah uang hasil penjualan dari boneka-boneka yang pernah saya buat”.

Sungguh ruarr biasa si nenek tersebut, bisa begitoo dengan kesetiaan dan ketulusan dalam rasa cinta nenek terhadap kakek yang berjalan selama 40 tahun berumah tangga dan kesetiaan nenek terhadap pesan dan nasehat dari neneknya ketika awal dulu menikah...semoga kisah ini memberikan suatu kemanfaatan utk saya dan yg membacaa.... soo, cinta bukanlah menumpuk setumpuk kata mesra, bukan juga menimbun janji-janji yg terbata. Tapi ! cinta butuh kepastian yg nyata yg tersalur lewat kata dan etika ^.^...jhasikkkk
 
;