TUGAS 1 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2
Nama : Handaru Tri Hartantyo
Kelas/NPM : 3EA12 / 13211180
UNIVERSITAS GUNADARMA
I. PENDAHULUAN
Dari
awal di lahirkannya manusia ke alam dunia telah di anugerahi oleh Tuhan sebuah
akal pikiran yang mana fungsi itu untuk berpikir dan bernalar dalam sebuah
proses perjalanan hidup karena pada hakikatnya dari waktu ke waktu yang
berjalan kita pasti dan mutlak di hadapkan pada sebuah permasalahan dan
pemilihan serta keputusan agar hidup yang di jalankan berjalan dengan baik
sesuai hukum-hukum yang telah di tetapkan.
Setiap
individu pasti memiliki cara berfikir yang berbeda. Perbedaan dalam cara
berfikir dan pemecahan masalah merupakan hal yang nyata dan penting. Perbedaan
ini mungkin sebagian disebabkan oleh factor pembawaan sejak lahir dan sebagian
lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses
keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi
gaya berfikir seseorang di kemudian hari, di samping mempengaruhi pula mutu
pemikirannya ( Leavitt, 1978 ).
Pikir dalam kamus
bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan, angan – angan, kata dalam hati,
kira, dan sangka. Berfikir mencakup segala aktivitas mental, misal seperti kita
berfikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di Pasar. Kita berfikir
saat melamun sambil menunggu seseorang yang kita tunggu datang. Kita berfikir
saat menulis cerita, menulis makalah, puisi, membaca buku, menulis surat,
merencanakan liburan ke suatu tempat, atau terkadang ada suatu problema yang
harus kita hadapi. Oleh karena itu, disini akan dibahas teori tentang berfikir,
antara berfikir dan bernalar, dan macam – macam berpikir.
II. PEMBAHASAN
Dalam pemakaian sehari – hari, kata berpikir sering disamakan dengan
bernalar atau berpikir secara diskursif dan kalkulatif. Kecenderungan ini
semakin besar dengan semakin dominannya rasionalitas ilmiah teknologis atau
rasionalitas instrumental. Akan tetapi, menurut Sudarminta, sesungguhnya
berpikir lebih luas dari sekedar bernalar (Basis 05 – 06, 2000 : 54). Bernalar adalah kegiatan pikiran
untuk menarik kesimpulan dari premis – premis yang sebelumnya sudah diketahui.
Kegiatan bernalar merupakan aspek yang amat penting
dalam berpikir. Akan tetapi, menyamakan berpikir dengan bernalar, seperti
dikatakan Sudarminta, merupakan suatu penyempitan konsep berpikir. Penalaran
sebagai kegiatan berpikir logis belum menjamin bahwa kesimpulan yang ditarik
atau pengetahuan yang dihasilkan pasti benar. Walaupun penalarannya betul atau
sesuai dengan asas – asas logika, kesimpulannya yang ditarik bias saja salah
kalau premis – premis yang mendasari penarikan kesimpulan itu ada yang salah.
Sedangkan berpikir adalah suatu
kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Berpikir juga
berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau
mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga
termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur,
mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan,
menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat
analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang
ada, menimbang, dan memutuskan.
Tetapi dalam bernalar memang belum ada benar – salah.
Yang ada betul keliru, sahih atau tak sahih. Tolak ukur penilaiannya adalah
asas – asas logika atau hokum penalaran. Akan tetapi, kalau kegiatan berpikir
dimengerti secara lebih luas dan menyeluruh, mulai dari penerapan indrawi,
konseptualisasi atau proses pemahaman atas data yang diperoleh, serta berakhir
dengan penegasan putusan, dapat saja kita bicara tentang benar – salah dalam
berpikir. Penalaran yang betul
merupakan unsur yang amat penting dalam kegiatan berpikir, dan dapat menunjang
kegiatan berpikir yang benar.
III. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Sesungguhnya berpikir lebih luas dari
sekedar bernalar;
2.
Kegiatan bernalar merupakan aspek yang amat penting dalam berpikir;
3.
Berpikir juga berarti berjerih-payah
secara mental untuk memahami sesuatu yang
dialami
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi;
4.
Dalam bernalar memang belum ada benar – salah, yang ada betul keliru, sahih
atau
tak sahih, tolak ukur penilaiannya adalah
asas – asas logika atau hukum penalaran;
5.
Penalaran yang betul merupakan unsur yang amat penting dalam kegiatan
berpikir, dan dapat menunjang kegiatan berpikir yang benar.
Contoh
jelasnya bahwa berfikir dan bernalar tidak dapat dipisahkan yakni ketika kita
merasa lapar, maka kita akan melakukan aktifitas yang membuat rasa lapar kita
hilang yakni makan. Dan yang di makan adalah makanan yang dapat menghilangkan
rasa lapar kita, tetapi bukan sembarang makanan apaan saja yang kita makan tapi
makanan yang bersih, sehat, halal dan sesuai selera yang sedang di inginkan
tetapi jika makan sekedar makanan asal-asalan tanpa berpikir dan bernalar sama
saja kita dengan orang yang tak memiliki akal maka dari itu walhasil jika kita
melakukan sesuatu tanpa berfikir dan bernalar, maka yang kita lakukan adalah
sia - sia.
DAFTAR PUSTAKA
http://artikata.com/arti-374016-berpikir.html