Jumat, 28 Maret 2014 0 komentar

BERFIKIR ADALAH BERNALAR DAN BERNALAR ADALAH BERFIKIR



TUGAS 1     Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2

Nama          : Handaru Tri Hartantyo
Kelas/NPM : 3EA12 / 13211180
UNIVERSITAS GUNADARMA

I.       PENDAHULUAN
Dari awal di lahirkannya manusia ke alam dunia telah di anugerahi oleh Tuhan sebuah akal pikiran yang mana fungsi itu untuk berpikir dan bernalar dalam sebuah proses perjalanan hidup karena pada hakikatnya dari waktu ke waktu yang berjalan kita pasti dan mutlak di hadapkan pada sebuah permasalahan dan pemilihan serta keputusan agar hidup yang di jalankan berjalan dengan baik sesuai hukum-hukum yang telah di tetapkan.

Setiap individu pasti memiliki cara berfikir yang berbeda. Perbedaan dalam cara berfikir dan pemecahan masalah merupakan hal yang nyata dan penting. Perbedaan ini mungkin sebagian disebabkan oleh factor pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya berfikir seseorang di kemudian hari, di samping mempengaruhi pula mutu pemikirannya ( Leavitt, 1978 ).

Pikir dalam kamus bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan, angan – angan, kata dalam hati, kira, dan sangka. Berfikir mencakup segala aktivitas mental, misal seperti kita berfikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di Pasar. Kita berfikir saat melamun sambil menunggu seseorang yang kita tunggu datang. Kita berfikir saat menulis cerita, menulis makalah, puisi, membaca buku, menulis surat, merencanakan liburan ke suatu tempat, atau terkadang ada suatu problema yang harus kita hadapi. Oleh karena itu, disini akan dibahas teori tentang berfikir, antara berfikir dan bernalar, dan macam – macam berpikir.

II.      PEMBAHASAN
            Dalam pemakaian sehari – hari, kata berpikir sering disamakan dengan bernalar atau berpikir secara diskursif dan kalkulatif. Kecenderungan ini semakin besar dengan semakin dominannya rasionalitas ilmiah teknologis atau rasionalitas instrumental. Akan tetapi, menurut Sudarminta, sesungguhnya berpikir lebih luas dari sekedar bernalar (Basis 05 – 06, 2000 : 54). Bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis – premis yang sebelumnya sudah diketahui.
Kegiatan bernalar merupakan aspek yang amat penting dalam berpikir. Akan tetapi, menyamakan berpikir dengan bernalar, seperti dikatakan Sudarminta, merupakan suatu penyempitan konsep berpikir. Penalaran sebagai kegiatan berpikir logis belum menjamin bahwa kesimpulan yang ditarik atau pengetahuan yang dihasilkan pasti benar. Walaupun penalarannya betul atau sesuai dengan asas – asas logika, kesimpulannya yang ditarik bias saja salah kalau premis – premis yang mendasari penarikan kesimpulan itu ada yang salah.

Sedangkan berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.

Tetapi dalam bernalar memang belum ada benar – salah. Yang ada betul keliru, sahih atau tak sahih. Tolak ukur penilaiannya adalah asas – asas logika atau hokum penalaran. Akan tetapi, kalau kegiatan berpikir dimengerti secara lebih luas dan menyeluruh, mulai dari penerapan indrawi, konseptualisasi atau proses pemahaman atas data yang diperoleh, serta berakhir dengan penegasan putusan, dapat saja kita bicara tentang benar – salah dalam berpikir. Penalaran yang betul merupakan unsur yang amat penting dalam kegiatan berpikir, dan dapat menunjang kegiatan berpikir yang benar.

III.     KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1.                   Sesungguhnya berpikir lebih luas dari sekedar bernalar
2.                   Kegiatan bernalar merupakan aspek yang amat penting dalam berpikir;
3.                   Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang  
dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi;

4.                   Dalam bernalar memang belum ada benar – salah, yang ada betul keliru, sahih atau
tak sahih, tolak ukur penilaiannya adalah asas – asas logika atau hukum penalaran;
5.                   Penalaran yang betul merupakan unsur yang amat penting dalam kegiatan berpikir, dan dapat menunjang kegiatan berpikir yang benar.

Contoh jelasnya bahwa berfikir dan bernalar tidak dapat dipisahkan yakni ketika kita merasa lapar, maka kita akan melakukan aktifitas yang membuat rasa lapar kita hilang yakni makan. Dan yang di makan adalah makanan yang dapat menghilangkan rasa lapar kita, tetapi bukan sembarang makanan apaan saja yang kita makan tapi makanan yang bersih, sehat, halal dan sesuai selera yang sedang di inginkan tetapi jika makan sekedar makanan asal-asalan tanpa berpikir dan bernalar sama saja kita dengan orang yang tak memiliki akal maka dari itu walhasil jika kita melakukan sesuatu tanpa berfikir dan bernalar, maka yang kita lakukan adalah sia - sia.

DAFTAR PUSTAKA
 http://artikata.com/arti-374016-berpikir.html






 
;